رأس اﻷمر اﻻسلام, و عموده الصلاة, و ذروة سنامه الجهاد في سبيل الله"Pokok segala persoalan adalah Islam, tiangnya adalah sholat, dan puncaknya adalah jihad fi sabilillah."
Dan kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri. (An-Nahl:89)
Genosida terhadap Islam yang tengah diupayakan para musuh Islam sangat bervariasi, dan tentulah harus dimasukan kedalam daftar yang perlu diperhatikan bagi setiap umat yang mengaku Muslim. Sebab langkah masif yang dilakukan para orientalis maupun infentari kafir lainnya dalam meng-genosida Islam adalah dengan cara menjauhkan umat Muslim dari soul-nya, salah satunya Al-Qur'an. Karena bagi 'pasukan saleb' yang berperan menjadi orientalis memandang bahwa Al-Qur'anlah yang membawa Islam menghancurkan dua kekaisaran besar dalam waktu yang sangat singkat, dan dengan Al-Qur'an pula umat Islam berhasil membangun psikologi dan interaksi sosial yang belum pernah dimiliki oleh umat manapun di dunia ini. Maka wajarlah kalau para 'tentara saleb' menyusupkan ideologi budaya sekuler ke tubuh Islam yang sebelumnya tidak pernah dikenal sama sekali oleh Islam kecuali sebagai budaya masyarakat pagan primitif.
Spirit yang Dikulkas
Orang-orang kafir dari ahli Kitab dan orang-orang musyrik tiada menginginkan diturunkannya sesuatu kebaikan kepadamu dari Tuhanmu. (Al-Baqarah:105)Bisa apa kita bagi umat Islam di Palestine, Irak, Thailand (patani), Panama, Afghanistan, atau yang paling dekat di Poso? berdansa, pacaran, menyia-nyiakan waktu, memakai celana ketat, atau menikmati khamr? Sebagai eksportir budaya paling aktif dan paling diminati oleh kebanyakan bangsa Indonesia, Amerika terus memberikan produk-produk budaya terbaru. Setelah sebelumnya celana seperempat, kemudian celana setengah, sekarang sudah celana ukuran nol.
Sampai kapankah Al-Qur'an hanya akan menjadi hiasan furnitur kita, dan sampai kapan kita akan membudayakan liberal unlimited (bebas tanpa batas). Padahal telah banyak generasi remaja yang terenggut masa depanya, karena kehilangan rel, dan kita termasuk di area rawan tersebut. Kapankah cita-cita sebagai artis akan tergantikan dengan cita-cita sebagai personal barisan pasukan fi sabilillah? kapan pula kesenangan bertemu artis akan digantikan dengan kesenangan bertemu dengan ulama` dan ahlulbait Rasul. Mungkin semua itu dapat terwujud apabila spirit yang menjadi background kejayaan umat Islam terdahulu diimplementasikan kembali.
Umat yang malu menggunakan atribut Islam saat ini mengindikasikan suatu degradasi yang miris untuk diperlihatkan apalagi dipamerkan. Beruntunglah kita berada di negara yang mayoritas Muslim, bayangkan dengan atribut Islam saja sebagian umat Islam di negara yang mayoritas muslim sudah terlihat merasa risih, lalu bagaimana dengan teman-teman Muslim kita di negara yang selalu menteror Islam. Terlihat sekali kalau upaya propaganda 'tentara saleb baru' itu telah membuahkan hasil dengan sedikit modifikasi provokasi. Justru kolonialisme sperti inilah (non-perang) yang lebih tidak mudah dibaca geraknya. Sudah saatnya umat Islam menunjuka kedigdayaan kebudayaan original agamanya, yang sudah tentu lebih superior dibandingkan dengan kebudayaan hasil impor. Sebagaimana yang diketahui oleh masyarakat Indonesia bahwa kiblat Muslim wajib menghadap barat bukan di timur (lihat saja Atlas atau Globe).
Katakanlah: "Jika bapa-bapa , anak-anak , saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNya dan dari berjihad di jalan nya, Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan Keputusan NYA". dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. (QS:At-Taubah:24)
Pendahuluan
Dalam tulisan ini, izinkan saya untuk mempresentasikan dan juga mendiagnosa atas efek pacaran sendiri bagi dinamika sosial serta pengaruhnya terhadap perkembangan budaya positif. Penulisan artikel ini sendiri ialah hasil diskusi saya dengan beberapa teman SMA yang menanyakan kepada saya perihal pacaran dalam posisinya pada sosiologi dan efek buruk bagi para remaja.
Pengertian Pacaran
Dalam hemat penulis, pacaran ialah istilah Indonesia untuk menjelaskan status interaksi privasi antara laki-laki dan perempuan yang memiliki perasaan suka sama lain, karena kecenderungan terhadap sesuatu pada salah satu personal yang sesuai dengan keinginan personal lainnya. Dari sini tampak bahwa pacaran merupakan sebuah interaksi gradual yang dimulai dari pengenalan anatomi dan kepriadian, baru kemudian pendekatan lebih dalam dengan mengikatnya melalui status informal dan amoral yang bernama pacaran.
Dalam istilah Internasional pacaran biasa disebut dengan istilah girl or boysfriend. istilah ini mengindikasikan bahwa permulaan pacaran sendiri mayoritas berawal dari hubungan pertemanan tanpa status buatan. Perjalanan komunikasi pertemanan tersebut biasanya diikuti dengan beberapa pengenalan spesialisasi personal antar teman. Kecenderungan atau kesukaan pada speisalisasi itu kemudian berkembang menjadi keinginan untuk ‘menghak patenkan’ kepemilikan. Nah, ikatan girl-boysfriend itulah yang akhirnya dianggap solusi untuk menghak patenkan tanpa mengandung resiko tanggung jawab besar sebagaimana layaknya pernikahan (married) yang harus menanggung jawab mutlak.
Tren VS Degradasi Sosial
Karena anda sedang pada posisi membaca simpan saja jawabanya dalam hati terlebih dahulu, silahkan nanti saja untuk memberikan jawaban. Yang perlu diperhatikan ialah pertanyaan tersebut sudah menjadi komoditi obrolan sehari-hari. Sementara komoditi obrolan tersebut dikonsumsi oleh banyak kalangan muda, tahukah dari mana topik yang disebut tren itu berasal? Dunia telah menggunakannya, kita yang mengekspor atau kita yang mengimpor?
Tentulah tren pacaran bisa digolongkan kedalam infiltrasi ideologi yang diadopsi dari dunia kafir ataupun dunia jahiliyah. Sebab dengan berbagai 'aksesoris yang telah dimodifikasi', ideologi pacaran secara perlahan memberikan sebuah dampak destruktif yang luar biasa besarnya bagi lingkugan sosial dan saintis. Tidak perlu dipertanyakan lagi bagaimana Islam menanggapi ini, karena dengan tegas Allah menyatakan dalam firmannya;
Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk. (Al-Israa:32)Bentuk disain dari pacaran itu sendiri merupakan manifestasi untuk menuju kearah pertukaran bakteri uniseksual melalui air liur (istilah mikrobiologi untuk.. he2). Saya mengerti bahwa banyak yang menjabarkan sisi positif pacaran dengan berbagai macam argumen. Karena itulah saya menggunakan istilah ‘aksesoris yang telah dimodifikasi’, sebab argumen yang mendukung pacaran itu sendiri sangat jauh dari realitas empiris.
Kaitanya dengan dampak sosiologi, sebagaimana diketahui pemicu tawuran mayoritas dipantik karena proteksi seorang terhadap pacarnya, meskipun faktor lain juga banyak. Kemudian ‘freesex’ yang menjadi kehawatiran banyak pihak, juga tidak dapat didikotomikan dari aktifitas pacaran itu sendiri. Harakiri (bunuh diri ala jepang) hanya karena putus hubungan dengan pacarnya, bukan hal yang sulit unuk ditemui, dan masih banyak lagi bentuk destruktif yang diakibatkan dari dinamika pacaran. Bagaimanapun, infiltrasi ideologi ini merupakan sebuah senjata ampuh untuk merusak generasi muda. Bisa dikatakan merupakan suatu ‘kanker sosial’ yang tumbuh dengan baik di negara ini.
Pendahuluan
Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan.. (Luqman:6)
Musik merupakan suatu instrumen keihidupan dimanapun keberadaannya, seolah tidak akan mati termakan zaman. Bahkan pengaruh musik sendiri jauh melampaui kesenian-kesenian lain yang ada. Disinilah musisi memainkan peran penting dalam membawa kemajuan ataupun kemunduran bangsa. Tentulah akan menjadi suatu inovasi apabila para musisi mewujudkan buah karyanya dalam bentuk ungkapan-ungkapan yang konstruktif. Tapi bagaimana jadinya apabila ungkapan-ungkapan yang tidak berguna justru menjadi ultimate advantage (nilai lebih) atas karya para musisi? Terlebih ungkapan-ungkapan yang memuat provokasi ke arah degradasi bagi pendengarnya, seperti kebanyakan lirik lagu saat ini.
Disni penulis mencoba untuk menyajikan hasil diskusi antara penulis dengan beberapa teman musikisme penulis. Dalam pembahasanya, yang paling tendensius ialah perihal posisi musisi yang kian waktu pendapat yang diungkapkan melalui lagunya semakin menjadi rujukan layaknya fatwa ulama, terutama para musisi band saat ini.
Pengertian Musik & Musisi
Secara etimolog musik biasa diartikan sebagai nada yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung irama, lagu, dan keharmonisan. Sedangkan musisi yakni seorang musikus atau mastermind musik, dimana ia mengatur seni musik itu sendiri agar dapat dikonsumsi oleh khalayak.
Karena gelar musisi harus didapatkan melalui penyajian musik kepada publik, maka mau tidak mau sang mastermind ini perlu memiliki suatu magnum opus yang selain memiliki nilai lebih juga memberikan penawaran sensasional. Oleh karena itu, variasi musik yang ditawarkan saat ini begitu komplek dan padat, guna memperoleh posisi dimedia hiburan tersebut. Termasuk diantaranya variasi musik seperti pop, rock, dangdut, remix, hip-hop, dan masih banyak lagi.
Serangan Doktrin
Tentulah belum hilang di benak kita hits-nya mbah Surip ‘bangun tidur, tidur lagi, banguun, tidur lagi, wakakakak’ maupun hitsnya kuburan band ‘lupa-lupa ingat’. Secara tidak langsung, ungkapan dalam lagu-lagu tersebut dan sejenisnya telah membentuk pola pikir para pendengarnya yang bersikap menerima. Pendapat yang disampaikan oleh musisi-musisi tersebut melalui lagunya itu, semakin lama menjadi suatu doktrin layaknya sebuah paham. Bahkan terkadang dijadikan rujukan saat menemui dan mengalami kejadian yang sama dengan sikon sebagaimana diungkapkan dalam lagu tersebut. Misalnya ketika melihat seni keindahan tubuh seseorang yang bukan pasangannya dan kemudian ingin memilikinya, maka lagu yang cocok bisa pinjam milik Melly Goeslow; “setan dalam hatiku pun bicara, bagaimana kalo kita selingkuh saja…”
Selain membentuk tukang tidur, seorang pelupa yang tidak suka mengingat, juga perselingkuhan karena godaan setan dalam hati sebagaimana yang telah dibahas di atas. Ada lagi aura yang mengajak semua untuk berdansa dan bercinta, juga band baru yang menyuruh orang untuk memperhatikan ‘hatinya hancur’ tapi dengan wajah bahagia, serta banyak lagi lainnya. Jika toleransi terhadap lagu-lagu semacam ini terus meluas bukan tidak mungkin akan terjadi likuiditas sosial anak bangsa. Karena, Indonesia belum waktunya untuk menikmati hiburan kosong dan feminim seperti itu.
Adalah hal yang tidak menghasilkan apapun dengan menyimpan dan mendengarkan lagu-lagu semacam itu di phone tangan (HP), selain hasrat untuk aksi yang tidak ada manfaatnya bagi negara. Pendapat-pendapat musisi itu juga yang akan menjadi suatu embrio edukasi prematur, dimana yang semula dijadikan ajang entertain justru memunculkan moral ekstrimis dan sekuleris. Tidak heran jika sekarang banyak bermunculan para pemimpin yang mempunyai hiburan gaya tarik-menarik antara dua mulut dengan jarak antara satu titik dengan titik lainnya nol (bahasa fisika untuk…he2). Sudah saatnya para pendengar musik menuntut haknya untuk memanfaatkan lagu yang didengarkanya untuk mengupgrade dirinya, bukan justru di embargo motivasi.