DIAGNOSA DINAMIKA PACARAN

Pendahuluan

جَاءَ الْحَقُ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ اِنَّ لْبَاطِلُ كَانَ زَهُوْقًا وَمَايُبْدِأُ الْبَاطِلُ وَمَا يُعِدُهُ
“Telah datang kebenaran dan lenyaplah kebathilan. Sesungguhnya yang bathil pasti akan lenyap. Kebenaran telah datang sehingga yang bathil tidak akan dimulai lagi dan tidak akan pernah kembali lagi.”


Mungkin bagi anak muda di negara manapun saat ini, tidak ada yang melebihi tren selain pacaran (girl-boyfriend). Fenomena ini memang bukan hal baru bagi demografi sosial, namun dinamika pacaran pada abad 21 ini telah mempengaruhi hampir di berbagai aspek, yang belum pernah terjadi pada dasawarsa yang lalu (sebelum abad 21).
Dalam tulisan ini, izinkan saya untuk mempresentasikan dan juga mendiagnosa atas efek pacaran sendiri bagi dinamika sosial serta pengaruhnya terhadap perkembangan budaya positif. Penulisan artikel ini sendiri ialah hasil diskusi saya dengan beberapa teman SMA yang menanyakan kepada saya perihal pacaran dalam posisinya pada sosiologi dan efek buruk bagi para remaja.

Pengertian Pacaran
Dalam hemat penulis, pacaran ialah istilah Indonesia untuk menjelaskan status interaksi privasi antara laki-laki dan perempuan yang memiliki perasaan suka sama lain, karena kecenderungan terhadap sesuatu pada salah satu personal yang sesuai dengan keinginan personal lainnya. Dari sini tampak bahwa pacaran merupakan sebuah interaksi gradual yang dimulai dari pengenalan anatomi dan kepriadian, baru kemudian pendekatan lebih dalam dengan mengikatnya melalui status informal dan amoral yang bernama pacaran.
Dalam istilah Internasional pacaran biasa disebut dengan istilah girl or boysfriend. istilah ini mengindikasikan bahwa permulaan pacaran sendiri mayoritas berawal dari hubungan pertemanan tanpa status buatan. Perjalanan komunikasi pertemanan tersebut biasanya diikuti dengan beberapa pengenalan spesialisasi personal antar teman. Kecenderungan atau kesukaan pada speisalisasi itu kemudian berkembang menjadi keinginan untuk ‘menghak patenkan’ kepemilikan. Nah, ikatan girl-boysfriend itulah yang akhirnya dianggap solusi untuk menghak patenkan tanpa mengandung resiko tanggung jawab besar sebagaimana layaknya pernikahan (married) yang harus menanggung jawab mutlak.

Tren VS Degradasi Sosial
“Apakah anda (pembaca) sudah punya pacar?” Karena anda sedang pada posisi membaca simpan saja jawabanya dalam hati terlebih dahulu, silahkan nanti saja untuk memberikan jawaban. Yang perlu diperhatikan ialah pertanyaan tersebut sudah menjadi komoditi obrolan sehari-hari. Sementara komoditi obrolan tersebut dikonsumsi oleh banyak kalangan muda, tahukah dari mana topik yang disebut tren itu berasal? Dunia telah menggunakannya, kita yang mengekspor atau kita yang mengimpor?
Tentulah tren pacaran bisa digolongkan kedalam infiltrasi ideologi yang diadopsi dari dunia kafir ataupun dunia jahiliyah. Sebab dengan berbagai 'aksesoris yang telah dimodifikasi', ideologi pacaran secara perlahan memberikan sebuah dampak destruktif yang luar biasa besarnya bagi lingkugan sosial dan saintis. Tidak perlu dipertanyakan lagi bagaimana Islam menanggapi ini, karena dengan tegas Allah menyatakan dalam firmannya;
Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk. (Al-Israa:32)
Bentuk disain dari pacaran itu sendiri merupakan manifestasi untuk menuju kearah pertukaran bakteri uniseksual melalui air liur (istilah mikrobiologi untuk.. he2). Saya mengerti bahwa banyak yang menjabarkan sisi positif pacaran dengan berbagai macam argumen. Karena itulah saya menggunakan istilah ‘aksesoris yang telah dimodifikasi’, sebab argumen yang mendukung pacaran itu sendiri sangat jauh dari realitas empiris.
Kaitanya dengan dampak sosiologi, sebagaimana diketahui pemicu tawuran mayoritas dipantik karena proteksi seorang terhadap pacarnya, meskipun faktor lain juga banyak. Kemudian ‘freesex’ yang menjadi kehawatiran banyak pihak, juga tidak dapat didikotomikan dari aktifitas pacaran itu sendiri. Harakiri (bunuh diri ala jepang) hanya karena putus hubungan dengan pacarnya, bukan hal yang sulit unuk ditemui, dan masih banyak lagi bentuk destruktif yang diakibatkan dari dinamika pacaran. Bagaimanapun, infiltrasi ideologi ini merupakan sebuah senjata ampuh untuk merusak generasi muda. Bisa dikatakan merupakan suatu ‘kanker sosial’ yang tumbuh dengan baik di negara ini.

0 komentar:



Posting Komentar