AGRESI FATWA MUSISI

Pendahuluan

Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan.. (Luqman:6)



Musik merupakan suatu instrumen keihidupan dimanapun keberadaannya, seolah tidak akan mati termakan zaman. Bahkan pengaruh musik sendiri jauh melampaui kesenian-kesenian lain yang ada. Disinilah musisi memainkan peran penting dalam membawa kemajuan ataupun kemunduran bangsa. Tentulah akan menjadi suatu inovasi apabila para musisi mewujudkan buah karyanya dalam bentuk ungkapan-ungkapan yang konstruktif. Tapi bagaimana jadinya apabila ungkapan-ungkapan yang tidak berguna justru menjadi ultimate advantage (nilai lebih) atas karya para musisi? Terlebih ungkapan-ungkapan yang memuat provokasi ke arah degradasi bagi pendengarnya, seperti kebanyakan lirik lagu saat ini.
Disni penulis mencoba untuk menyajikan hasil diskusi antara penulis dengan beberapa teman musikisme penulis. Dalam pembahasanya, yang paling tendensius ialah perihal posisi musisi yang kian waktu pendapat yang diungkapkan melalui lagunya semakin menjadi rujukan layaknya fatwa ulama, terutama para musisi band saat ini.

Pengertian Musik & Musisi

Secara etimolog musik biasa diartikan sebagai nada yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung irama, lagu, dan keharmonisan. Sedangkan musisi yakni seorang musikus atau mastermind musik, dimana ia mengatur seni musik itu sendiri agar dapat dikonsumsi oleh khalayak.
Karena gelar musisi harus didapatkan melalui penyajian musik kepada publik, maka mau tidak mau sang mastermind ini perlu memiliki suatu magnum opus yang selain memiliki nilai lebih juga memberikan penawaran sensasional. Oleh karena itu, variasi musik yang ditawarkan saat ini begitu komplek dan padat, guna memperoleh posisi dimedia hiburan tersebut. Termasuk diantaranya variasi musik seperti pop, rock, dangdut, remix, hip-hop, dan masih banyak lagi.

Serangan Doktrin

Tentulah belum hilang di benak kita hits-nya mbah Surip ‘bangun tidur, tidur lagi, banguun, tidur lagi, wakakakak’ maupun hitsnya kuburan band ‘lupa-lupa ingat’. Secara tidak langsung, ungkapan dalam lagu-lagu tersebut dan sejenisnya telah membentuk pola pikir para pendengarnya yang bersikap menerima. Pendapat yang disampaikan oleh musisi-musisi tersebut melalui lagunya itu, semakin lama menjadi suatu doktrin layaknya sebuah paham. Bahkan terkadang dijadikan rujukan saat menemui dan mengalami kejadian yang sama dengan sikon sebagaimana diungkapkan dalam lagu tersebut. Misalnya ketika melihat seni keindahan tubuh seseorang yang bukan pasangannya dan kemudian ingin memilikinya, maka lagu yang cocok bisa pinjam milik Melly Goeslow; “setan dalam hatiku pun bicara, bagaimana kalo kita selingkuh saja…”
Selain membentuk tukang tidur, seorang pelupa yang tidak suka mengingat, juga perselingkuhan karena godaan setan dalam hati sebagaimana yang telah dibahas di atas. Ada lagi aura yang mengajak semua untuk berdansa dan bercinta, juga band baru yang menyuruh orang untuk memperhatikan ‘hatinya hancur’ tapi dengan wajah bahagia, serta banyak lagi lainnya. Jika toleransi terhadap lagu-lagu semacam ini terus meluas bukan tidak mungkin akan terjadi likuiditas sosial anak bangsa. Karena, Indonesia belum waktunya untuk menikmati hiburan kosong dan feminim seperti itu.
Adalah hal yang tidak menghasilkan apapun dengan menyimpan dan mendengarkan lagu-lagu semacam itu di phone tangan (HP), selain hasrat untuk aksi yang tidak ada manfaatnya bagi negara. Pendapat-pendapat musisi itu juga yang akan menjadi suatu embrio edukasi prematur, dimana yang semula dijadikan ajang entertain justru memunculkan moral ekstrimis dan sekuleris. Tidak heran jika sekarang banyak bermunculan para pemimpin yang mempunyai hiburan gaya tarik-menarik antara dua mulut dengan jarak antara satu titik dengan titik lainnya nol (bahasa fisika untuk…he2). Sudah saatnya para pendengar musik menuntut haknya untuk memanfaatkan lagu yang didengarkanya untuk mengupgrade dirinya, bukan justru di embargo motivasi.

0 komentar:



Posting Komentar